Tujuan : 1. Pembaca dapat membedakan teori belajar conditioning dan connectionism.
2. Pembaca dapat membuat RPP yang berkaitan dengan teori belajar conditioning dan
connectivisme.
Belajar adalah sesuatu yang sering kita lakukan. Mulai dari belajar formal maupun non formal. Sejak usia dini kita sudah diperkenalkan dengan dunia belajar. Namun, apa sebenarnya " belajar " itu ?
2. Pembaca dapat membuat RPP yang berkaitan dengan teori belajar conditioning dan
connectivisme.
3. Pembaca dapat menerapkan teori conditioning dan connectivism untuk membantu
perkembanagan belajar anak.Belajar adalah sesuatu yang sering kita lakukan. Mulai dari belajar formal maupun non formal. Sejak usia dini kita sudah diperkenalkan dengan dunia belajar. Namun, apa sebenarnya " belajar " itu ?
Menurut Witherington, dalam buku Educational
Psychology menyatakan bahwa : " Belajar adalah suatu
perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru
dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu
pengertian."
jadi dapat disimpulkan bahwa,
tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut beberapa aspek
kepribadian, baik fisik maupun psikis.
Beberapa teori belajar yang terkenal dalam psikologi antara lain ialah :
1. Teori Conditioning
Classic conditioning (pengkondisian atau
persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya
terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus
bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
![]() |
mollymocil.blogspot.com
|
Berikut adalah tahap-tahap
eksperimen dan penjelasan dari gambar diatas:
Gambar pertama. Dimana anjing, bila diberikan
sebuah makanan (UCS) maka secara otonom anjing akan mengeluarkan air liur
(UCR).
Gambar kedua. Jika anjing dibunyikan sebuah
bel maka ia tidak merespon atau mengeluarkan air liur.
Gambar ketiga.Sehingga dalam eksperimen ini anjing
diberikan sebuah makanan (UCS) setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih
dahulu, sehingga anjing akan mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian
makanan.
Gambar keempat. Setelah perlakukan ini dilakukan
secara berulang-ulang, maka ketika anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa
diberikan makanan, secara otonom anjing akan memberikan respon berupa keluarnya
air liur dari mulutnya (CR).
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah bahwa
tingkah laku sebenarnya tidak lain daripada rangkaian refleks berkondisi, yaitu
refleks-refleks yang terjadi setelah adanya proses kondisioning (conditioning
process) di mana refleks-refleks yang tadinya dihubungkan dengan
rangsang-rangsang tak berkondisi lama-kelamaan dihubungkan dengan rangsang
berkondisi. Dengan kata lain, gerakan-gerakan refleks itu dapat dipelajari,
dapat berubah karena mendapat latihan. Sehingga dengan demikian dapat dibedakan
dua macam refleks, yaitu refleks wajar (unconditioned refleks)-keluar air liur ketika melihat makanan yang lezat dan
refleks bersyarat atau refleks yang dipelajari (conditioned refleks)-keluar
air liur karena menerima atau bereaksi terhadap suara bunyi tertentu.
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Artinya :
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberikan pelajaran kepadanya,”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah kedzliman yang besar”. (Luqman, 31 : 13).
apabila ditinjau dalam Al quran, teori behavioristik ini mendekati dengan ayat sebagai berikut :
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Artinya :
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberikan pelajaran kepadanya,”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah kedzliman yang besar”. (Luqman, 31 : 13).
2.Teori
Conectionism
Dalam penelitianya Thorndike menggunakan
beberapa jenis binatang yaitu anak ayam, anjing, ikan, kucing dan kera.
Percobaan yang dilakukan mengharuskan binatang tersebut keluar dari kandang
untuk memperoleh makanan. Untuk keluar dari kandang binatang-binatang tersebut
harus membuka pintu, menumpahkan beban dan mekanisme lolos lainya yang sengaja
dirancang. Pada saat dikurung, binatang-binatang tersebut menunjukan sikap
mencakar, menggigit, menggapai dan bahkan memegang atau mengais dinding
kandang. Cepat atau lambat, setiap binatang akan membuka pintu atau menumpahkan
beban untuk dapat keluar dari kandang dan memperoleh makanan. Pengurungan yang
dilakukan berulang-ulang menunjukan penurunan frekuensi binatang tersebut untuk
melakukan pencakaran, penggigitan, penggapaian, atau pengaisan dinding kandang
dan tentu saja waktu yang dibutuhkan untuk keluar kandang cenderung menjadi
lebih singkat.
Objek penelitian dihadapkan kepada situasi baru yang belum
dikenal dan membiarkan objek melakukan berbagai pada aktivitas untuk merespon
situasi itu, dalam hal ini objek mencoba berbagai cara bereaksi sehingga
menemukan keberhasilan dalam membuat koneksi sesuatu reaksi dengan
stimulasinya.
Ciri-ciri belajar dengan trial and eror:
a) Ada
motif pendorong aktivitas.
b) Ada
berbagai respon terhadap situas.
c) Ada
aliminasi respon-respon yang gagal atau salah.
d) Ada
kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan dari penelitiannya itu.
Teori belajar koneksionisme ini ada juga
kelemahannya antara lain:
a) Belajar
menurut teori ini bersifat mekanistis.
b) Pelajaran
bersifat teacher-centered. Yang terutama aktif adalah guru. Dialah
yang melatih anak-anak dan yang menentukan apa yang harus diketahui oleh
anak-anak.
c) Anak-anak
pasif artinya kurang didorong untuk aktif berfikir, tak turut menentukan bahan
pelajaran sesuai dengan kebutuhannya.
d) Teori
ini membutuhkan pembentukan meteriil, yakni menumpuk pengetahuan, dan arena itu
sering menjadi intelektualis. Knowledge is power. Pengetahuan
dianggap berkuasa.
sumber : Mahmud.2010.Psikologi Pendidkan.Jakarta : Pustaka setia.
mollymocil.blogspot.com
mollymocil.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar